Oleh : Prasetyo Budi - "Kita mungkin butuh orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertahanan hidup kita. Tapi, apakah kita butuh seorang sahabat? Jawabannya adalah tidak. Manusia bisa hidup hanya dengan kenalan-kenalan, rekan kerja, dan kekasihnya. Tapi persahabatan adalah kemewahan seperti seni atau filsafat. Persahabatan memberi makna pada kehidupan dan membuat proses bertahan hidup memiliki tujuan"
Dua minggu ini saya membuat sebuah percobaan, bebeapa kali saya membuat posting yang agak sedikit nyeleneh dengan mendukung paslon Presiden, Pasalnya saya adalah seorang wartawan yang seharusnya netral tapi Steatmen konyol sering saya tulis untuk mengundang siapa saja ikut berkomentar, Banyak teman-teman Facebook saya yang gontok-gontokan saling nyinyir dan ada juga yang bilang bahwa dia tau seberapa kapasitas saya, bahkan ada yang bilang pola pikir saya tak lebih dari seorang anak yang cuma lulusan SD (komentar salah satu sahabat) di distatus yang saya buat, dan beberapa teman saya ahirnya memutuskan pertemanan dengan saya.
Atmosfir pemilu tahun ini memang tinggi, tentu kita harus akui, politik memang penting yang akan berdampak besar bagi kehidupan masyarakat. Tetapi, kompetisi pemilu untuk merebut kontrol pemerintahan oleh para politisi tidak sepenting yang kita duga. barangkali kita sedang diperalat, akan tetapi relasi, persahabatan dan kekeluargaan terlalu berharga untuk dijadikan korban dan dibuang begitu saja demi alasan politik.
Menurut saya sebuah kesalahan besar apabila kita menukar persahabatan demi politik. sungguh sia-sia memutuskan tali silaturahmi dengan seseorang hanya karena perbedaan preferensi politik. Memutuskan tali silaturahmi dengan orang yang berbeda cara pandang berarti mengisolasikan diri dari berbagai macam kritik yang mungkin berharga, entah itu tentang kehidupan secara umum atau bahkan tentang politik itu sendiri.
Bukankah Menjalin kontak dengan orang-orang yang memiliki opini berbeda dapat melatih kesabaran dan kemampuan kita untuk berdebat dan meyakinkan orang lain dengan cara-cara yang beradab.
Dan yang paling penting, memutuskan tali silaturahmi, membenci orang lain atas dasar opini yang berbeda, dan memperlakukan orang lain yang berbeda dengan sikap tidak hormat adalah memang hal-hal yang diinginkan dari para politisi dengan sistem politik yang mereka bangun.
Ahir kata, Mari lebih bijak lagi jangan biarkan politik mengubah aspek-aspek penting dalam hidup kita,seperti persahabatan, itu sama saja dengan mengatakan bahwa para politisi memang memiliki peran penting, meski kenyataannya tidak begitu.(Pras)