CAHAYAREALITA.com, Padang - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Padang yang menyelengarakan Debat publik putaran pertama Pilkada Kota Padang 2018 yang digelar di Ballroom Hotel Mercure, Senin (7/5/2018)
Charles Simabura yang sudah menjelaskan konsekwensi jika melanggar tata tertip yang sudah disepakai diawal-awal dimualinya debat, akan menindak tegas dengan mengancam para pendukung pasangan calon yang tidak mau mentaati tata tertib debat, untuk keluar dari ruangan debat. Charles Simabura juga mengingatkan Ingat, ini Pilkada berdunsanak, mari kita sukseskan Pilkada ini," kata Charles, Senin malam.
Kendati demikian Masing –Masing Pendukung Paslon Masih melontarkan kata-kata buli dan tak jarang kata-kata berbau provokasi kepada masing-masing Calon Walikota dan wakil walikota pada saat jeda maupun maupun debat berlangsung .
Debat publik putaran pertama pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Padang periode 2019-2024 itu mengangkat tema "Menghadirkan Pemerintah dalam Kehidupan Masyarakat Menuju Padang Yang Madani dan Lestari".
Pada debat tersebut, pasangan nomor urut 1 Emzalmi-Desri Ayunda, melontarkan pertanyaan soal Baznas Kota Padang yang dianggap tidak transparan dan tengah menjadi sorotan di DPRD Padang, termasuk masyarakat Kota Padang.
Bahkan, Emzalmi pun meminta agar Mahyeldi yang merupakan Walikota Petahana, untuk menjelaskan soal kepengurusan Baznas, termasuk tidak hadirnya pengurus Baznas saat dipanggil DPRD Padang terkait transparansi dana zakat yang dikelolanya.
Pertanyaan soal Baznas kepada pasangan Mahyeldi Anshaullah-Hendri Septa, juga disampaikan Desri Ayunda yang merupakan wakil dari Emzalmi yang kini me jabat Wakil Walikota Padang non aktif.
Menurutnya, DPRD Padang merupakan wakil masyarakat dan berhak tahu soal dana umat tersebut. "Siapapun bisa mempertanyakannya. Ini dana umat. DPRD wajib mengetahuinya, termasuk masyarakat dan ASN," kata Desri Ayunda.
Terkait peryanyaan dari pasangan nomor urut 1, Mahyeldi kemudian mengatakan sebagai walikota, dirinya hanya mengawasi, karena itu tugas walikota. "Kalau ada yang dipermasalahkan silahkan usut, dan itu juga merupakan fungsi serta tugas wakil walikota," ujar Mahyeldi.
Kemudian giliran Mahyeldi Ansharullah-Hendri Septa yang bertanya kepada pasangan nomor urut 1. Kata Mahyeldi, jadi walikota butuh kekuatan fisik. Usia 60 sampai 65 tahun adalah usia lanjut.
Jadi, sebut Mahyeldi, bagaimana kesiapan Emzalmi yang kini sudah berusia lanjut dalam melayani masyarakat ketika terjadi hujan lebat dan banjir jika kelak terpilih menjadi Walikota Padang.
Menjawab pertanyaan tersebut, Emzalmi mengatakan bahwa walikota adalah pemimpin. Dia beripikir dan bisa mengambil kebijakan dan keputusan.
"Tanpa didukung oleh pengamalaman yang memadai, maka walikota tidak bisa memikirkan sebuah keputusan yang akan diambil. Walikota bukan bekerja dengan kaki dan tangan, walikota hanya berpikir," ujarnya. (Pras)
Tags:
Padang